JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terus berupaya meningkatkan kesehatan masyarakat melalui inovasi dan program strategis. Salah satu langkah terbaru adalah memasukkan pemeriksaan kanker dalam program cek kesehatan gratis (CKG) yang dapat diakses di puskesmas. Program ini dikonfirmasi oleh dr. Siti Nadia Tarmizi, Direktur Pencegahan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes. Beliau menyatakan bahwa CKG mencakup pemeriksaan untuk berbagai jenis kanker, seperti kanker paru, usus, leher rahim, dan payudara, yang dikhususkan untuk orang dewasa.
Pemeriksaan kanker pada anak juga termasuk dalam program ini, dengan fokus pada analisis darah. Menurut dr. Nadia, pemeriksaan darah adalah langkah awal deteksi kanker pada anak. "Sebenarnya bukan kanker anak, tapi gejala-gejala yang mengarah ke kanker anak. Misalnya kalau anak anemia terus-menerus, kita akan periksa thalasemia, itu pemeriksaan darah perifer lengkap. Dari pemeriksaan darah perifer lengkap itu kita bisa tahu dia ada gangguan nggak leukositnya atau sebagainya," ungkap dr. Nadia di hadapan awak media di Jakarta Barat.
Deteksi kanker pada anak memang rumit karena gejalanya sering tidak tampak hingga kanker mencapai stadium lanjut. Hal ini juga menjadi masalah umum pada deteksi kanker di kalangan dewasa. Padahal, deteksi dini sangat penting karena dapat meningkatkan kemungkinan remisi secara signifikan.
dr. Nadia menambahkan bahwa menemukan kanker pada stadium awal, seperti stadium satu atau dua, memberikan peluang remisi hingga 90%, dan mengurangi risiko relaps. "Oleh karena itu, kami mendorong masyarakat untuk memanfaatkan program CKG guna deteksi dini kanker. Pemeriksaan mudah diakses di puskesmas yang menawarkan layanan CKG," ujarnya.
Salah satu metode pemeriksaan yang disediakan adalah HPV DNA untuk deteksi kanker leher rahim, serta sadanis (pemeriksaan payudara klinis) di Puskesmas bagi deteksi kanker payudara. Puskesmas yang telah dilengkapi dengan USG dapat memanfaatkan alat tersebut untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Untuk kanker paru, program CKG mengedepankan kuesioner dan pemeriksaan x-ray bagi individu yang menunjukkan risiko. Sementara itu, kanker usus dapat dideteksi melalui Fecal Occult Blood Test (FOBT), sebuah tes cepat untuk memeriksa darah tersembunyi dalam tinja.
"Prinsip dari CKG ini adalah skrining kesehatan, bukan diagnosis kesehatan. Ini penting agar orang yang tampak sehat bisa mengetahui risiko kesehatan mereka lebih awal," jelas dr. Nadia. Selain kanker, program CKG juga memfasilitasi deteksi dini untuk kondisi lain seperti hipertensi, diabetes melitus, gangguan pendengaran, dan masalah penglihatan.
Kementerian Kesehatan berharap inisiatif ini dapat membantu meningkatkan kesehatan publik secara keseluruhan, mengurangi angka kematian akibat kanker, dan mendorong deteksi dini berbagai penyakit. Dengan program ini, puskesmas di seluruh Indonesia diharapkan menjadi garda terdepan dalam menyediakan akses pemeriksaan kesehatan yang lebih komprehensif dan mudah diakses masyarakat.
Kehadiran program CKG memperlihatkan komitmen Kemenkes dalam menangani kesehatan masyarakat secara proaktif. Masyarakat diminta untuk memanfaatkan fasilitas ini sebaik-baiknya guna meningkatkan kualitas hidup dan mencegah penyakit sejak dini.
Untuk informasi lebih lanjut dan jadwal pemeriksaan, warga diimbau untuk menghubungi puskesmas terdekat atau memantau pengumuman resmi dari Kemenkes. Dengan keterlibatan aktif masyarakat, program ini diharapkan dapat mencapai tujuan utamanya, yaitu meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat Indonesia.