Minyak

Harga Minyak Mentah Melonjak Setelah Pertikaian Trump-Zelensky, Rusia Raup Keuntungan

Harga Minyak Mentah Melonjak Setelah Pertikaian Trump-Zelensky, Rusia Raup Keuntungan
Harga Minyak Mentah Melonjak Setelah Pertikaian Trump-Zelensky, Rusia Raup Keuntungan

JAKARTA - Harga minyak mentah mengalami lonjakan signifikan pada penutupan perdagangan Jumat, 28 Februari 2025, dipicu oleh ketegangan politik antar negara besar dan keputusan strategis dalam sektor energi. Pertikaian di Oval Office antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, serta beberapa faktor ekonomi global lainnya, menjadi katalis utama di balik kenaikan harga tersebut.

Kondisi Pasar Minyak Global

Dilansir dari laporan pada Senin, 3 Maret 2025, harga minyak mentah Brent tercatat naik sebesar USD 0,86 menjadi USD 73,18 per barel. Di sisi lain, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga mengalami peningkatan USD 0,59 sehingga harganya bertengger di USD 69,76 per barel. Situasi ini tentunya membawa keuntungan besar bagi produsen minyak terbesar dunia, termasuk Rusia. John Kilduff, mitra di Again Capital LLC, mengungkapkan, "Kondisi ini menguntungkan Rusia dan mereka berpotensi mendapatkan lebih banyak minyak di pasar."

Adu Mulut di Gedung Putih

Perseteruan antara Trump dan Zelensky yang berlangsung di Gedung Putih turut mempengaruhi dinamika pasar minyak. Ancaman Trump untuk menarik dukungan dari Ukraina dan keluarnya Zelensky dari pertemuan tanpa menandatangani perjanjian kerja sama pengembangan sumber daya mineral Ukraina menandai titik panas dalam hubungan Amerika-Ukraina. Selain itu, Trump juga menjelaskan dalam pertemuan tersebut bahwa tarif baru sebesar 25 persen terhadap barang-barang dari Meksiko dan Kanada, serta tambahan 10 persen pada impor dari China, akan mulai diberlakukan pada 4 Maret 2025 mendatang.

Respon Pasar dan Dampaknya Terhadap Permintaan Global

Volatilitas yang dihasilkan oleh kebijakan agresif Trump dalam perang tarif turut memicu ketidakpastian di pasar. Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank, menyatakan, "Pedagang mengurangi risiko di tengah meningkatnya volatilitas yang dipicu oleh Trump yang meningkatkan perang tarif, khususnya terhadap China, yang secara signifikan meningkatkan kekhawatiran tentang permintaan global." Ancaman perang tarif yang berkepanjangan dapat berujung pada perlambatan pertumbuhan ekonomi global, inflasi tinggi, dan menurunnya permintaan terhadap minyak mentah.

Irak Melanjutkan Ekspor Minyak Kurdistan

Dalam perkembangan lainnya, Irak mengumumkan rencana untuk melanjutkan ekspor minyak dari wilayah semi-otonom Kurdistan melalui jaringan pipa Irak-Turki. Kementerian perminyakan Irak mengungkapkan bahwa ekspor akan dimulai dengan volume 185.000 barel per hari melalui pemasar minyak negara, SOMO, dan diperkirakan jumlah tersebut akan terus meningkat secara bertahap.

Fluktuasi Harga Komoditas Lainnya

Selain minyak, komoditas energi dan mineral lainnya juga mengalami fluktuasi harga. Di pasar ICE Newcastle (Australia), harga batu bara untuk pengiriman Mei 2025 sedikit menurun USD 1,30 menjadi USD 104,45 per ton. Di sisi lain, harga minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) mengalami kenaikan 0,95 persen menjadi MYR 4.554 per ton menurut situs Barchart. Sementara itu, harga nikel di London Metal Exchange dilaporkan turun 2,52 persen menjadi USD 15.433 per ton, dan harga timah juga mengalami penurunan 1,24 persen menjadi USD 31.312 per ton.

Ketidakpastian politik dan ekonomi global terus mempengaruhi dinamika pasar energi dan komoditas lainnya. Lonjakan harga minyak mentah yang saat ini sedang berlangsung menunjukkan dampak signifikan dari keputusan geopolitik dan kebijakan ekonomi negara-negara besar dunia. Penggerekan ini tidak hanya memberikan keuntungan bagi produsen negara tertentu, seperti Rusia, tetapi juga menggarisbawahi perlunya strategi perdagangan yang lebih stabil dan berorientasi pada kolaborasi internasional demi kestabilan pasar global di masa depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index