PENDIDIKAN

Digitalisasi Pendidikan Jadi Kunci Percepat Literasi Dasar Indonesia

Digitalisasi Pendidikan Jadi Kunci Percepat Literasi Dasar Indonesia
Digitalisasi Pendidikan Jadi Kunci Percepat Literasi Dasar Indonesia

JAKARTA - Transformasi dunia pendidikan Indonesia kini memasuki babak baru dengan hadirnya program digitalisasi yang diyakini mampu mempercepat peningkatan literasi dasar, khususnya di daerah-daerah yang masih tertinggal. Teknologi bukan lagi sekadar alat bantu pembelajaran, melainkan sebuah solusi strategis untuk mengatasi kesenjangan kualitas pendidikan yang selama ini masih menghambat perkembangan sumber daya manusia di berbagai wilayah, terutama di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).

Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Fajar Riza Ul Haq, mengungkapkan bahwa paradigma masyarakat selama ini keliru dalam memandang wilayah 3T. Banyak yang beranggapan bahwa daerah tersebut hanya berada di luar Pulau Jawa, padahal di dalam Pulau Jawa sendiri masih terdapat sejumlah titik yang mengalami keterbelakangan tidak hanya dalam pendidikan, tetapi juga dalam aspek ekonomi dan kesehatan.

Fenomena ini dapat dilihat dari data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi DI Yogyakarta yang termasuk tinggi di Indonesia dan menjadi barometer pendidikan nasional. Meski tingkat pendidikan di Yogyakarta relatif baik, kesenjangan antarwilayah masih jelas terlihat. Beberapa kantong tertinggal masih ada meski berada di wilayah yang selama ini dikenal sebagai pusat pendidikan unggulan.

“Ada kesenjangan antarwilayah. Mitra strategis kami di Komisi X DPR RI ada panja 3T dan Marjinal. Pikiran kita biasanya daerah 3T adalah wilayah-wilayah yang ada di luar Jawa. Di Jawa pun sebenarnya masih banyak kantong-kantong yang tertinggal secara pendidikan, ekonomi, dan kesehatan. Itu terjadi di Yogya. Hal yang sama tidak menutup kemungkinan juga ada di daerah-daerah lain,” jelas Fajar saat membuka kegiatan Monitoring dan Evaluasi Kesiapan PKBM Penerima Program Bantuan Digitalisasi Pembelajaran Tahun 2025 di Yogyakarta.

Dalam upaya menutup kesenjangan tersebut, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) meluncurkan program digitalisasi pendidikan yang menjadi salah satu prioritas strategis. Program ini fokus pada distribusi ratusan ribu smart board ke berbagai lembaga pendidikan, termasuk Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), sebagai sarana pembelajaran modern yang diharapkan dapat memacu literasi dasar serta kemampuan STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) di kalangan pelajar.

Wamen Fajar menambahkan, Presiden Prabowo Subianto sendiri memberikan perhatian besar terhadap transformasi digital dalam pendidikan. Presiden meyakini bahwa digitalisasi dapat menjadi akselerator penting dalam meningkatkan kualitas dan pemerataan pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, program distribusi smart board ini menjadi wujud nyata dari komitmen pemerintah untuk membawa kemajuan pendidikan berbasis teknologi ke seluruh pelosok negeri.

Meski demikian, Fajar menegaskan bahwa pelaksanaan program ini tidak lepas dari berbagai tantangan, terutama terkait potensi penyelewengan atau ketidaktepatan sasaran distribusi. Untuk itu, monitoring dan evaluasi (monev) yang dilakukan oleh Kemendikdasmen melalui Inspektorat Jenderal sangat penting dilakukan guna mengantisipasi dan memitigasi risiko tersebut.

“Monev inilah yang nanti akan menjadi batu uji untuk melakukan asesmen di tempat-tempat lain. Jangan sampai dengan adanya peralatan yang canggih ini justru tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya dan malah hanya menjadi pajangan di gudang sekolah. Kita tidak ingin distribusi smart board ini seperti itu. Maka dari itu, perlu ada mitigasi di PKBM dan lebih jauh dari itu mampu menggunakannya peralatan canggih itu secara arif dan tepat,” tegas Wamen Fajar.

Pentingnya penggunaan teknologi yang tepat guna dalam pendidikan menjadi fokus utama agar tidak terjadi penyalahgunaan fungsi. Digitalisasi bukan sekadar pengadaan alat canggih, melainkan juga menuntut perubahan mindset dari masyarakat dan tenaga pendidik.

“Pendidikan bisa diakselerasi lewat teknologi. Teknologi bisa menjadi alat untuk memacu kemajuan pendidikan. Penting juga diingatkan bahwa jangan sampai teknologi justru men-subordinasi peserta didik dan tenaga pendidik. Jangan sampai teknologi menggantikan peran guru. Guru harus menjadi aktivator pembelajaran. Ia harus memiliki kesadaran untuk menciptakan lingkungan yang joyful, meaningful, dan mindful,” jelas Fajar.

Transformasi digital dalam pendidikan diharapkan mampu menjawab berbagai tantangan klasik seperti keterbatasan akses, kualitas guru, dan sarana prasarana yang masih belum merata. Dengan dukungan teknologi, pembelajaran di daerah 3T dan kantong-kantong tertinggal di dalam pulau Jawa dapat berjalan lebih efektif dan menarik. Smart board yang interaktif memungkinkan guru menyajikan materi secara lebih variatif, sehingga anak didik lebih termotivasi untuk belajar dan meningkatkan literasi dasar mereka.

Meskipun teknologi membawa harapan besar, kunci keberhasilan program digitalisasi pendidikan tetap terletak pada peran guru dan kesiapan lembaga pendidikan untuk mengadopsinya secara bijak. Oleh karena itu, monitoring dan evaluasi program terus dilakukan secara ketat guna memastikan semua pihak mampu memanfaatkan teknologi ini secara optimal demi kemajuan pendidikan nasional.

Dengan demikian, digitalisasi pendidikan bukan hanya menjawab persoalan akses dan kualitas, tetapi juga menjadi katalis perubahan budaya belajar yang mampu mengakselerasi literasi dasar dan membangun fondasi generasi masa depan yang lebih siap menghadapi tantangan global.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index