JAKARTA - Pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di wilayah sekitar industri besar menjadi salah satu wujud nyata kontribusi sosial perusahaan tambang besar di Indonesia. PT Freeport Indonesia (PTFI) menghadirkan program pembinaan UMKM yang berfokus pada peningkatan kemampuan pemasaran digital, sekaligus menguatkan peran UMKM dalam perekonomian lokal. Inisiatif ini diprakarsai di desa sekitar operasional Smelter PTFI, Kabupaten Gresik, yang juga bertepatan dengan peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia.
Langkah pembinaan UMKM ini menggambarkan komitmen perusahaan dalam mendukung program hilirisasi dan pemberdayaan masyarakat yang ada di sekitarnya. Program pelatihan yang digelar bertajuk “UMKM Naik Kelas: Go Online, Go E-commerce” bertujuan meningkatkan daya saing pelaku usaha kecil agar bisa memperluas pasar dengan pemanfaatan teknologi digital. Kegiatan tersebut berlangsung di Aula Universitas Qomaruddin, Gresik, pada Rabu, 6 Agustus 2025.
Erika Silva, Vice President External Affairs Smelter PT Freeport Indonesia, menegaskan bahwa program pembinaan UMKM merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk mendorong pengembangan usaha kecil di tengah kemajuan digital saat ini. Menurutnya, penggunaan teknologi digital dalam pemasaran bukan hanya membuka peluang pasar yang lebih luas tetapi juga memacu pelaku UMKM untuk menjadi lebih mandiri dan kompetitif.
“Pelatihan ini kami hadirkan sebagai bentuk komitmen untuk mendorong UMKM meningkatkan daya saing, memperluas pasar, dan bersaing secara sehat di era digital,” ujar Erika Silva saat membuka acara pelatihan. Ia berharap produk-produk dari pelaku usaha lokal di Gresik dapat dikenal secara nasional bahkan sampai ke daerah yang jauh seperti Papua. Ia juga menyampaikan harapannya agar dalam 10 hingga 20 tahun ke depan, para peserta pelatihan bisa berdiri di depan memberikan pelatihan dan inspirasi bagi generasi pelaku UMKM berikutnya.
Sembilan UMKM yang menjadi binaan PTFI merupakan perwakilan dari desa di sekitar area operasional Smelter PTFI. Mereka bergerak dalam beragam bidang usaha mulai dari makanan dan minuman, tekstil, hingga peternakan. Program pembinaan ini diharapkan mampu mendorong pertumbuhan usaha mereka secara signifikan.
Salah satu peserta UMKM binaan, Mukhtar Sochieb, adalah sosok inspiratif yang mengawali usahanya dari pengalaman sebagai pekerja proyek. Pria berusia 56 tahun asal Desa Banyuwangi, Kecamatan Manyar, ini sebelumnya bekerja di proyek pembangunan Smelter PTFI. Dengan usia yang bertambah, ia memutuskan banting setir menjadi pengusaha dengan memulai usaha kecil menjual kopi kemasan botol berukuran 200 ML. Pelanggannya awalnya adalah rekan-rekan pekerja proyek yang biasa ditemuinya.
“Saya sudah tidak mungkin kerja di proyek lagi karena faktor usia. Tentu bersyukur bisa mendapatkan kesempatan ini," ujarnya sambil mengenang bagaimana awal ia memulai usaha kopinya. Ia menjual kopi seharga lima ribu rupiah per botol dan membawa 100 botol ke lokasi proyek, yang habis terjual dalam waktu dua jam saja.
Respon positif pasar mendorong Mukhtar untuk serius mengembangkan usahanya dalam satu tahun terakhir. Ia bahkan telah menciptakan brand sendiri bernama Kopi Lanang. Meski saat ini pemasaran produk kopi masih dilakukan secara offline, Mukhtar berharap melalui pembinaan ini usahanya dapat naik kelas dengan peningkatan omzet dan dampak sosial yang lebih luas.
“Saya ingin produk kopi saya bisa dikenal lebih luas dan dinikmati oleh semua kalangan. Semoga dengan pembinaan ini usaha saya bisa berkembang dan membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitar,” kata Mukhtar penuh harap.
Pemerintah daerah Gresik turut memberikan apresiasi terhadap upaya PT Freeport Indonesia yang secara konsisten menjalankan program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) untuk pemberdayaan UMKM. Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Gresik, Misbahul Munir, menyatakan rasa terima kasih dan mendukung penuh inisiatif tersebut.
“Kami menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada PTFI yang telah melaksanakan program CSR bagi pelaku UMKM,” ujar Munir. Ia menilai program ini sejalan dengan upaya pemerintah memperkuat kapasitas pelaku usaha lokal, terutama dalam hal pemasaran digital yang kini menjadi kebutuhan utama agar bisa bersaing.
Munir juga menyoroti potensi UMKM dalam membuka lapangan kerja baru dan membentuk rantai pasok ekonomi yang dapat memberikan manfaat lebih luas bagi masyarakat. Ia mencontohkan bagaimana multiplier effect dari satu UMKM yang maju tidak hanya berdampak pada usaha tersebut, tetapi juga pada penyerapan tenaga kerja hingga terbentuknya ekosistem ekonomi yang kuat.
“Hari ini mungkin baru sembilan UMKM yang mendapatkan pelatihan, tetapi ke depan kami yakin bisa mempekerjakan 90 hingga 900 orang. Kami berharap pelatihan ini bisa memberikan dampak nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat Gresik,” kata Misbahul Munir dengan optimis.
Pembinaan UMKM di Kabupaten Gresik oleh PT Freeport Indonesia tidak hanya menjadi simbol dari komitmen perusahaan terhadap pembangunan ekonomi lokal. Lebih jauh, hal ini menunjukkan bahwa keberadaan industri besar dapat menyentuh aspek sosial ekonomi masyarakat sekitar, menjadikan pelaku usaha lokal mampu berkembang dan mandiri dalam menghadapi era digital dan persaingan pasar yang kian ketat.
Dengan sinergi antara perusahaan, masyarakat, dan pemerintah daerah, program seperti ini diharapkan mampu menciptakan ekosistem usaha yang sehat dan berkelanjutan, sekaligus mengurangi ketergantungan masyarakat pada pekerjaan di sektor tambang yang bersifat temporer. Ke depan, pembinaan UMKM menjadi salah satu pilar utama dalam memperkuat perekonomian daerah, menjawab tantangan hilirisasi, dan mengantarkan masyarakat menuju kemandirian ekonomi yang lebih luas.