MRT Jakarta

MRT Jakarta Optimalkan Lalin Imbas Proyek Fase 2

MRT Jakarta Optimalkan Lalin Imbas Proyek Fase 2
MRT Jakarta Optimalkan Lalin Imbas Proyek Fase 2

JAKARTA - PT MRT Jakarta (Perseroda) bersama para pemangku kepentingan terkait mulai melakukan rekayasa lalu lintas seiring pembangunan Stasiun Glodok dan Stasiun Kota, serta konstruksi terowongan sepanjang 690 meter yang menjadi bagian jalur 1,4 km dari Manggar Besar hingga Kota Tua. Kegiatan ini merupakan bagian dari paket kontrak CP 203 fase 2A MRT Jakarta yang bertujuan memastikan kelancaran proyek sekaligus keamanan pengguna jalan.

Plt. Corporate Secretary Division Head MRT, Ahmad Pratomo, menyampaikan, “Terhitung mulai 21 Agustus 2025, jalur sepanjang rencana pembangunan MRT Jakarta dari Stasiun Glodok sampai Stasiun Kota akan dilakukan rekayasa lalu lintas.” Pernyataan ini disampaikan secara resmi pada Rabu, 20 Agustus 2025, di Jakarta.

Ahmad juga memohon maaf atas ketidaknyamanan yang mungkin dialami masyarakat selama proses konstruksi berlangsung. Ia menegaskan, keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan tetap menjadi prioritas. Untuk itu, pihak MRT telah menyiapkan rambu lalu lintas, marka jalan, dan lampu penerangan jalan umum untuk mendukung kelancaran aktivitas masyarakat selama proyek berjalan. “Kami berharap para pengguna jalan dan angkutan umum agar memperhatikan rambu-rambu serta mengikuti petunjuk petugas di lapangan,” tambah Ahmad.

Rekayasa lalu lintas di sekitar Stasiun Glodok dan Kota diterapkan secara bertahap dalam beberapa stage. Untuk Stasiun Glodok, Stage 3.1 berlaku mulai 21 Agustus hingga 20 September 2025. Jalur dari selatan (Mangga Besar) menuju utara (arah Kota Tua), sebelumnya melalui Jalan Hayam Wuruk, dikembalikan ke Jalan Gajah Mada dengan konfigurasi tiga lajur reguler dan satu lajur mixed traffic bersama TransJakarta di sisi kanan. Sementara arah sebaliknya dari utara ke selatan memiliki dua lajur reguler dan satu lajur mixed traffic di sisi kanan. Area Jalan Hayam Wuruk bagian timur difungsikan sebagai akses bagi penghuni dan pengunjung gedung di sisi timur jalan.

Stage 3.2, berlaku 21 September 2025 hingga 12 Maret 2026, mempertahankan konfigurasi Stage 3.1. Namun terdapat penyesuaian kecil pada sisi timur Jalan Hayam Wuruk sesuai kebutuhan area kerja konstruksi. Penyesuaian ini tetap menjaga akses kendaraan penghuni dan pengunjung sekaligus mendukung kelancaran proyek MRT.

Untuk Stasiun Kota, rekayasa lalu lintas dimulai Stage 6.4 dari 21 Agustus hingga 15 November 2025. Lalu lintas umum tetap menggunakan konfigurasi stage sebelumnya. Jalur dari selatan menuju utara atau barat tetap melalui Jalan Pancoran, Jalan Pintu Kecil, dan seterusnya. Arah sebaliknya dari utara dan timur menuju selatan tetap melalui Jalan Pinangsia dan Jalan Hayam Wuruk. Jalan Pinangsia diberlakukan satu arah ke selatan, sementara Jalan Pintu Besar Selatan dikhususkan untuk TransJakarta serta akses penghuni dan konsumen toko. Saat terjadi kepadatan, Jalan Pintu Besar Selatan dibuka untuk umum secara situasional.

Stage 6.5, berlaku 16 November 2025 hingga 15 Januari 2026, tetap menjaga konfigurasi sebelumnya. Lalu lintas dari selatan ke utara menggunakan sisi barat Jalan Pintu Besar Selatan dan dialihkan sesuai konfigurasi konstruksi. Arah sebaliknya menggunakan sisi timur. Bagian barat jalan tetap terbatas untuk kendaraan kecil penghuni dan pengunjung bangunan. Persimpangan Jalan Jembatan Batu dan Jalan Pintu Besar Selatan mengalami penyempitan menjadi dua lajur per arah, namun tetap diatur untuk meminimalisir kemacetan.

Ahmad menekankan, seluruh rekayasa lalu lintas dirancang untuk mendukung kelancaran proyek MRT sekaligus menjaga kenyamanan masyarakat. Ia berharap masyarakat memahami kondisi konstruksi ini dan tetap mematuhi rambu serta petunjuk petugas. “Proyek ini penting untuk memperluas akses transportasi publik di Jakarta. Kami mohon kerja sama semua pihak agar pembangunan dapat berjalan lancar,” ujarnya.

MRT Jakarta menegaskan, proyek fase 2A yang mencakup Stasiun Glodok dan Kota merupakan bagian dari upaya meningkatkan mobilitas masyarakat serta mengurangi kepadatan lalu lintas di wilayah pusat kota. Dengan pembangunan jalur bawah tanah ini, MRT tidak hanya menawarkan transportasi cepat dan nyaman, tetapi juga ramah lingkungan dengan mengurangi emisi kendaraan pribadi.

Pihak MRT juga memastikan setiap stage rekayasa lalu lintas diawasi ketat. Petugas selalu siap mengatur kendaraan, termasuk bus TransJakarta dan transportasi umum lainnya, agar tetap tertib dan lancar. Masyarakat diimbau menggunakan jalur alternatif jika memungkinkan dan memperhatikan informasi resmi dari MRT Jakarta terkait perubahan arus lalu lintas selama konstruksi.

Proyek MRT fase 2A ini juga menjadi langkah strategis dalam memperluas jaringan transportasi publik di Jakarta. Dengan total panjang jalur 1,4 km dari Manggar Besar hingga Kota Tua, diharapkan masyarakat semakin terbiasa menggunakan transportasi umum yang aman, nyaman, dan efisien. Ahmad menambahkan, seluruh pekerjaan konstruksi dilakukan dengan memperhatikan standar keselamatan tinggi, termasuk penanganan lalu lintas di sekitar stasiun dan area konstruksi.

Kesadaran masyarakat untuk mematuhi rekayasa lalu lintas menjadi kunci kelancaran proyek ini. Ahmad berharap, masyarakat tetap sabar dan bijak dalam memilih jalur perjalanan. Dengan kerja sama yang baik, proyek MRT fase 2A dapat selesai sesuai jadwal dan memberikan manfaat jangka panjang bagi mobilitas Jakarta.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index