JAKARTA - Olahraga menjadi salah satu cara favorit masyarakat untuk menjaga kebugaran tubuh. Namun, di balik manfaatnya, aktivitas fisik juga memiliki risiko cedera, terutama pada engkel dan lutut, termasuk cedera ACL. Hal ini tidak hanya dialami atlet profesional, tetapi juga masyarakat umum yang rutin berolahraga untuk menjaga kesehatan sehari-hari.
Dr. Bima Baikuni, Sp.OT, Dokter Spesialis Bedah Ortopedi dan Traumatologi RS Hermina Samarinda, menjelaskan bahwa setiap jenis olahraga membawa risiko berbeda, mulai dari rendah hingga tinggi. “Kalau olahraga seperti jalan kaki atau jalan cepat, risikonya lebih rendah. Tapi kalau sudah masuk olahraga permainan kompetitif seperti futsal atau lari jarak jauh, potensi cedera jadi lebih besar karena ada kontak fisik maupun beban tubuh yang tinggi,” jelasnya saat program Tonight Cornern Health Pro 2 RRI Samarinda.
Dengan pemahaman ini, risiko cedera dapat diminimalkan jika setiap orang melakukan persiapan sebelum berolahraga. Dr. Bima memberikan beberapa langkah penting yang bisa diterapkan untuk menjaga tubuh tetap aman saat beraktivitas fisik.
1. Pilih olahraga sesuai risiko
Bagi pemula atau orang yang ingin menjaga kebugaran tanpa menanggung risiko besar, sebaiknya memilih olahraga dengan intensitas rendah hingga sedang. Aktivitas seperti jalan kaki, yoga ringan, atau senam ringan bisa menjadi pilihan aman. Dengan begitu, tubuh beradaptasi secara bertahap, dan kemungkinan cedera dapat ditekan.
2. Gunakan perlengkapan yang tepat
Pemilihan perlengkapan yang sesuai sangat penting. Dr. Bima menekankan, “Misalnya sepatu harus sesuai dengan jenis olahraga. Kalau lari gunakan sepatu lari, kalau futsal gunakan sepatu dengan sol yang sesuai dengan lapangan.” Perlengkapan yang tepat membantu mendukung gerakan tubuh secara optimal dan meminimalkan risiko cedera akibat salah posisi atau permukaan licin.
3. Pahami batas kemampuan tubuh
Setiap orang memiliki daya tahan dan kemampuan fisik berbeda. Mengetahui batas diri sangat krusial untuk menghindari cedera. Jika muncul keluhan seperti sesak napas, nyeri dada, atau pusing, segera hentikan aktivitas. Tubuh memberi sinyal saat ada beban yang berlebihan, dan mengenali tanda ini adalah langkah penting untuk mencegah cedera serius.
4. Lakukan pemanasan dan pendinginan
Pemanasan sebelum olahraga membantu otot dan sendi siap bekerja. Peregangan ringan dapat mencegah terjadinya cedera otot. Setelah berolahraga, pendinginan juga penting untuk menormalkan detak jantung dan sirkulasi darah. Dr. Bima menyebutkan, langkah sederhana ini terbukti efektif meminimalkan risiko cedera ringan hingga sedang.
5. Perhatikan asupan nutrisi dan istirahat cukup
Energi tubuh yang tercukupi merupakan syarat agar aktivitas fisik aman. “Kalau seharian tidak makan lalu main futsal, itu sangat berisiko. Jadi pastikan kebutuhan nutrisi dan kalori terpenuhi,” ujarnya. Tubuh yang terhidrasi dengan baik dan memiliki cukup energi cenderung lebih siap menghadapi aktivitas fisik, sementara kelelahan atau kekurangan nutrisi meningkatkan risiko cedera.
Lebih jauh, dr. Bima menekankan bahwa olahraga seharusnya dilakukan untuk menjaga kesehatan, bukan sebagai ajang adu kekuatan atau gengsi. Kesadaran ini penting agar setiap orang berhati-hati dan tidak memaksakan diri saat berolahraga.
“Cedera itu tidak hanya terjadi pada kaki atau tangan. Bisa juga berupa gangguan pernapasan atau peredaran darah. Jadi keseluruhan kondisi tubuh harus diperhatikan. Kalau olahraga kompetitif seperti futsal, ya harus siap menerima risikonya karena kontak fisik memang tidak bisa dihindari,” jelasnya.
Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan ini, masyarakat bisa menikmati manfaat olahraga tanpa harus menanggung risiko cedera berlebihan. Mulai dari pemilihan jenis olahraga yang sesuai, penggunaan perlengkapan tepat, mengenali batas tubuh, hingga pemanasan dan pendinginan, semuanya berkontribusi menjaga tubuh tetap aman.
Selain itu, menjaga asupan nutrisi dan kualitas tidur juga menjadi bagian dari persiapan yang tidak kalah penting. Tubuh yang sehat dan terhidrasi dengan baik lebih mampu menahan stres fisik, sehingga cedera akibat kelelahan atau salah gerakan bisa diminimalkan.
Secara keseluruhan, olahraga yang dilakukan dengan persiapan matang memungkinkan masyarakat mendapatkan manfaat kebugaran secara maksimal tanpa mengorbankan keselamatan. Cedera bisa dicegah dengan langkah-langkah sederhana namun konsisten, sehingga aktivitas fisik tetap menyenangkan dan bermanfaat bagi kesehatan jangka panjang.
Olahraga tidak harus menjadi ajang adu kekuatan. Dengan pendekatan yang tepat, setiap orang bisa menikmati aktivitas fisik dengan aman, meningkatkan kebugaran, dan mengurangi risiko cedera. Pencegahan cedera bukan hanya soal perlindungan fisik, tetapi juga tentang memahami tubuh, mengenali batasnya, dan mempersiapkan diri dengan baik sebelum bergerak.