Pertamina

Sawah Inkubasi Pertamina Tingkatkan Hasil Panen Petani

Sawah Inkubasi Pertamina Tingkatkan Hasil Panen Petani
Sawah Inkubasi Pertamina Tingkatkan Hasil Panen Petani

JAKARTA - Pertamina Patra Niaga Regional Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) melalui Integrated Terminal (IT) Teluk Kabung, Kota Padang, kembali menunjukkan komitmennya terhadap ketahanan pangan. Program sawah inkubasi dekomposer atau yang dikenal dengan sebutan Sabako menjadi terobosan baru dalam mendukung swasembada pangan masyarakat. Lewat pendekatan ini, perusahaan energi pelat merah tidak hanya fokus pada sektor energi, tetapi juga memberi perhatian serius pada keberlanjutan di bidang pertanian.

Area Manager Communication, Relations, dan CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut, Fahrougi Andriani Sumampouw, menyampaikan bahwa keberhasilan panen perdana program ini menjadi bukti nyata peran Pertamina dalam memperkuat pemberdayaan masyarakat. Menurutnya, dukungan terhadap pangan lokal merupakan langkah strategis dalam menjaga kesejahteraan masyarakat, terutama di tengah berbagai tantangan global yang memengaruhi sektor energi maupun pangan.

“Ini bukti komitmen Pertamina menghadirkan pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan terutama di sektor ketahanan pangan,” ujar Fahrougi.

Selaras dengan Agenda Nasional

Fahrougi menegaskan bahwa gagasan Pertamina melalui program make capable, yang mencakup sawah inkubasi dekomposer, sejalan dengan agenda pembangunan nasional Asta Cita Presiden RI. Salah satu misinya ialah mewujudkan ketahanan dan swasembada pangan. Dengan demikian, kehadiran program ini tidak hanya sebatas inisiatif lokal, melainkan bagian dari visi besar bangsa.

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa tujuan utama dari pertanian ramah lingkungan yang diterapkan Pertamina bukan hanya soal peningkatan hasil produksi. Yang lebih penting, kata dia, adalah bagaimana program tersebut mampu memperbaiki kesejahteraan masyarakat dan memberikan dampak jangka panjang.

“Tujuan akhir dari pertanian yang ramah lingkungan ini ialah bagaimana meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” tambah Fahrougi.

Program TJSL dengan Pendekatan Ramah Lingkungan

Program make capable merupakan salah satu wujud Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Pertamina. Inisiatif ini dirancang dengan konsep pertanian terpadu berbasis pengelolaan sampah organik. Tidak hanya mendukung swasembada pangan, program tersebut juga diarahkan untuk mendukung tercapainya Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pada sektor energi bersih dan terjangkau, pola produksi serta konsumsi yang bertanggung jawab, dan mitigasi perubahan iklim.

Panen perdana di Bungus Timur pun diharapkan menjadi titik awal berkembangnya inovasi serupa di daerah lain. Pertamina mendorong masyarakat untuk melanjutkan upaya ini secara berkelanjutan sehingga manfaat yang lahir tidak berhenti pada satu musim panen saja.

Apresiasi dari Pemerintah Daerah

Kepala Dinas Pertanian Kota Padang, Yoice Yuliani, memberikan apresiasi atas langkah Pertamina. Menurutnya, metode sawah inkubasi dekomposer yang diterapkan membawa banyak keunggulan dibandingkan cara konvensional.

“Sistem pertanian terpadu berbasis organik ini merupakan inovasi yang sangat baik dan baru pertama kali dilakukan di Bungus Timur,” ungkap Yoice.

Ia menjelaskan bahwa metode ini terbukti mampu meningkatkan produktivitas gabah hingga 40 persen lebih tinggi. Selain itu, pendekatan ramah lingkungan ini juga dinilai mampu mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia yang selama ini membebani biaya produksi.

Efisiensi dan Manfaat Lingkungan

Inovasi sawah inkubasi dekomposer tidak hanya fokus pada hasil panen, tetapi juga memberikan efisiensi nyata bagi para petani. Salah satu contohnya adalah penghematan penggunaan benih yang signifikan. Jika sebelumnya petani membutuhkan sekitar 15 kilogram benih, kini cukup lima kilogram saja untuk luasan yang sama.

Selain itu, limbah jerami yang selama ini dianggap kurang bermanfaat justru dapat diolah kembali menjadi mulsa dan pupuk organik. Cara ini bukan hanya ramah lingkungan, tetapi juga mampu memperbaiki struktur dan kesuburan tanah dalam jangka panjang.

Dukungan untuk Inovasi Pertanian Berkelanjutan

Pertamina menegaskan bahwa keberhasilan program Sabako di Bungus Timur bisa menjadi percontohan nasional. Dengan integrasi energi, lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat, program ini diharapkan mampu menciptakan sistem pertanian yang lebih tangguh dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.

Melalui kolaborasi dengan masyarakat, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lainnya, program TJSL Pertamina berupaya menciptakan model pertanian yang tidak hanya produktif, tetapi juga ramah lingkungan dan mendukung ketahanan pangan jangka panjang.

Pertamina percaya bahwa energi dan pangan merupakan dua sektor strategis yang saling berkaitan. Oleh karena itu, inovasi di bidang pertanian organik ini dipandang sejalan dengan misi perusahaan dalam mendukung keberlanjutan di berbagai sektor kehidupan masyarakat.

Langkah Menuju Masa Depan Mandiri

Panen perdana yang berhasil dilakukan menunjukkan bahwa program sawah inkubasi dekomposer dapat diadopsi secara lebih luas. Dengan meningkatnya produktivitas, berkurangnya penggunaan bahan kimia, serta efisiensi biaya, para petani akan lebih berdaya dalam meningkatkan taraf hidup mereka.

Pertamina berharap, melalui program ini, masyarakat tidak hanya memperoleh manfaat secara ekonomi, tetapi juga terlibat dalam upaya menjaga lingkungan. Pada akhirnya, swasembada pangan yang terwujud diharapkan mampu memperkuat ketahanan nasional sekaligus memberi inspirasi bagi daerah lain untuk mengembangkan konsep serupa.

Dengan adanya dukungan dari Pertamina, pemerintah daerah, dan para petani, langkah menuju kemandirian pangan dan energi di Indonesia semakin nyata. Sawah inkubasi dekomposer menjadi simbol bahwa inovasi lokal dapat menghadirkan manfaat besar bagi keberlanjutan bangsa.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index